Film dan musik telah menjadi kesatuan tak terpisahkan. Meski tak selalu sukses mendongkrak popularitas filmnya, lagu-lagu yang merupakan “soundtrack” sebuah film punya kesempatan besar untuk merambah pasar.Lagu “Can\’t Stop The Feeling”, yang ditulis penyanyi dan musisi Justin Timberlake bersama Max Martin dan Shellback untuk soundtrack film Trolls, tahun lalu merebut perhatian banyak orang. Tak hanya menduduki posisi nomor satu di jajaran lagu teratas Billboard Hot 100, lagu soundtrack ini juga merajai daftar lagu teratas di sejumlah negara, seperti Brasil, Kanada, Jerman, dan Slowakia.”Can\’t Stop The Feeling” juga menjadi lagu terlaris tahun 2016, dengan angka penjualan mencapai 2,49 juta kopi serta menjadi lagu kedua yang paling sering diunduh di Apple Music. Puncaknya adalah “Cant Stop The Feeling” meraih penghargaan bergengsi di ajang Grammy Award 2016 sebagai Best Song Written For Visual Media.Selain singel “Cant Stop The Feeling”, album soundtrack film Trolls pun hingga kini masih bertahan di jajaran teratas album soundtrack laris yang dirilis Billboard berdasar angka penjualan tertinggi Nielsen Music. Trolls yang telah bertengger di daftar teratas album soundtrack Billboard selama 27 minggu itu saat ini menduduki posisi ketiga, dua posisi di bawah “Beauty and The Beast” dan “Moana”.Tak hanya soundtrack-nya, filmnya sendiri tak kalah moncer. Trolls yang konon diproduksi dengan anggaran 125 juta dollar AS ini menjadi box office dengan pendapatan hingga 344,7 juta dollar AS. Cukup fantastis, memberi gambaran betapa film dan musik adalah dua hal yang saling mendukung.Di Tanah Air, sejumlah lagu soundtrack juga “pernah” merebut perhatian orang dan laris manis di pasaran. Antara lain lagu-lagu dari soundtrack film fenomenal Ada Apa Dengan Cinta (AADC) 1 dan Alexandria. Lagu-lagu dari soundtrack AADC 1 digarap oleh Melly Goeslaw dan Anto Hoed, sementara lagu-lagu di soundtrack film Alexandria dibawakan oleh band populer, Peterpan. Band yang dimotori oleh Ariel itu kini berganti nama menjadi Noah.Popularitas soundtrack film- fim itu berbanding lurus dengan filmnya. Semua orang tentu sepakat apabila AADC adalah film yang amat fenomenal pada zamannya hingga setelah bertahun- tahun lamanya, sekuelnya pun tetap diburu penonton. Para pemainnya, seperti Dian Sastrowardoyo, Titi Kamal, Adinia Wirasti, Sissy Priscillia, dan Nicholas Saputra,, pun menjadi bintang- bintang baru yang diperhitungkan di dunia film. Begitu juga film Alexandria yang melambungkan nama aktris Julie Estelle.Belum maksimalMeski cukup menggiurkan dari sisi pasar, pasar untuk lagu-lagu soundtrack belum diperhitungkan dengan serius. Musisi Glenn Fredly, yang antara lain menggarap soundtrack film Filosofi KopiPerfect Honeymoon, dan Jakarta Undercover, mengungkapkan, captive market lagu-lagu soundtrack sangat besar, tetapi belum digarap maksimal.”Hanya beberapa rumah produksi yang sudah memikirkannya sejak awal. Seperti Miles (Mira Lesmana) dan Angga (Angga Dwimas Sasongko). Mereka sudah tahu bahwa film dan musik adalah dua hal yang sama pentingnya sehingga mereka tidak main-main menggarap musik di film mereka,” kata Glenn. Untuk itu, diperlukan kejelian membangun narasi yang pas untuk soundtrack sekaligus membaca pasar.Menurut Glenn, ada sejumlah cara untuk memformulasikan lagu-lagu soundtrack. Selain melalui cerita di filmnya, bisa juga dari konklusi di luar cerita atau narasi baru dari cerita yang ada.”Saya pribadi selalu berangkat dari perspektif ceritanya. Juga dari kacamata sutradara, apa yang ingin dia sampaikan, apa yang ingin dituju. Biasanya saya akan tambahkan dengan premis yang saya punya. Perbandingannya 70 persen dari premis cerita, sisanya pengembangan,” kata Glenn. Sesi lokakarya khusus musik pun bisa menjadi cara untuk memformulasikan materi soundtrack.Glenn cukup mengapresiasi bahwa saat ini banyak pelaku film yang sudah mulai serius mempersiapkan konten untuk soundtrack, tidak asal rilis.”Lagu, sekarang, justru menjadi leader untuk promosi. Jadi, enggak parsial lagi. Kita memang harus belajar dari negara-negara yang industrinya sudah maju, bagaimana musik dan film sudah menjadi ekosistem yang tak bisa dipisahkan,” katanya.Penyanyi Gita Gutawa yang juga kerap terlibat dalam pembuatan soundtrack film juga punya cara khusus memformulasikan lagu-lagu untuk soundtrack. Inspirasinya, selain dari cerita filmnya, juga pendalaman karakter apabila kebetulan dia main di film tersebut.”Yang pasti, soundtrack harus punya interpretasi sendiri. Bagaimana menghadirkan cerita di film itu menjadi enak dalam bentuk lagu. Begitu juga saat menyanyikannya,” ujar Gita, yang antara lain menyanyikan “Sempurna” untuk soundtrack film Love dan “Memangnya Kenapa Bila Aku Perempuan” untuk film Kartini.Meski begitu, menurut Gita, tak ada resep khusus untuk membuat lagu-lagu soundtrack laris manis di pasaran. Kadang soundtrack-nya biasa saja, tetapi filmnya naik daun. Atau lagu-lagu soundtrack-nya populer, begitu juga dengan filmnya. Namun, dia yakin akan selalu ada ceruk pasar untuk lagu-lagu soundtrack. “Yang awalnya dari film, lama-lama bisa berdiri sendiri, bahkan bisa everlasting,” katanya.Pemerhati musik Aldo Sianturi mengatakan, saat ini posisi lagu-lagu soundtrack di industri musik Tanah Air semakin baik. Para produser film, menurut dia, sudah memahami pentingnya peranan soundtrack secara keseluruhan.”Tapi, masih ada yang meletakkan soundtrack sebagai elemen sekunder,” ujarnya. Beberapa soundtrack diproduksi tanpa visi yang rekat dengan tujuan film.

Leave a Comment

Your email address will not be published.

0
X